CERPEN
LUCU
SALAH NURUNIN
RESLETING
Tumini
seorang wanita dewasa pegawai sebuah kantor swasta asing pagi itu mau berangkat
kerja dan lagi menunggu bus kota di mulut gang rumahnya. Seperti biasa pakaian
yang dikenakan cukup ketat, roknya semi-mini, sehingga bodinya yang seksi
semakin kelihatan lekuk likunya.
Bus
kota datang, tumini berusaha naik lewat pintu belakang, tapi kakinya kok tidak
sampai di tangga bus. Menyadari keketatan roknya, tangan kiri menjulur ke
belakang untuk menurunkan sedikit resleting roknya supaya agak longgar.
Tapi,
ough, masih juga belum bisa naik. Ia mengulangi untuk menurunkan lagi resleting
roknya. Belum bisa naik juga ke tangga bus. Untuk usaha yang ketiga kalinya,
belum sampai dia menurunkan lagi resleting roknya, tiba-tiba ada tangan kuat
mendorong pantatnya dari belakang sampai Marini terloncat dan masuk ke dalam
bus.
Tumini
melihat ke belakang ingin tahu siapa yang mendorongnya, ternyata ada pemuda
gondrong yang cengar-cengir melihat Tumini.
“Hei,
kurang ajar kau. Berani-beraninya nggak sopan pegang-pegang pantat orang!”
Si
pemuda menjawab kalem, “Yang nggak sopan itu situ, Mbak. Masak belum kenal aja
berani-beraninya nurunin resleting celana gue.”
INTERESTI SEJATI
Arena
tidak mempunyai tiket untuk menonton pertandingan secara langsung, seorang
interisti, julukan bagi suporter fanatik Inter Milan mencoba memasuki stadion
dengan cara memanjat tembok stadion Geusepe Meaza untuk melihat derbi klasik
antara AC Milan vs Inter Milan. Setelah berhasil memasuki stadion, dia melihat
satu tempat duduk belum terisi dan disebelahnya duduk seorang Kakek yang dengan
tenang menunggu dimulainya derbi itu. Interisti yang belakangan diketahui
bernama Francisco Tapanuli itu kemudian mendatangi si Kakek dan bertanya
kepadanya, “Permisi Kek, apakah tempat duduk di sebelah anda ini memang kosong
atau ada orang lain yang akan menempatinnya tetapi belum datang kesini?”.
Kakek
yang memakai kaos bermotif garis biru hitam, (Seragam tim Inter Milan) lengkap
dengan syal bertuliskan Internazionale Milano itu menjawab, “Tempat duduk ini
memang kosong!. Kalau mau anda boleh menempatinya!”.
“Terima
kasih Kek!”, jawab Fransisco sambil duduk di sebelah Kakek itu.
“Ngomong-ngomong, kenapa anda menonton pertandingan ini sendirian?”, lanjut
Francisco.
“Selama
lebih dari 20 tahun, saya bersama istri saya tak pernah sekalipun melewatkan
derbi antara Inter Milan vs AC Milan, dan biasanya dia duduk di tempat duduk
yang sedang anda tempati sekarang”, jawab si Kakek.
“Terus,
dimana istri anda sekarang Kek?”, tanya Francisco dengan penasaran.
Dengan
memandang ke wajah Fancisco Kakek menjawab, “Dia sudah meninggal dunia!”.
Mendengar
jawaban Kakek, Francisco berkata, “Oh... Maaf Kek. Saya turut berbelasungkawa
atas meninggalnya istri anda”.
“Terima
kasih!”, tutur si Kakek.
Francisco
dan Kakek terdiam.
Beberapa
saat kemudian Francisco kembali bertanya kepada si Kakek, “Kenapa anda tidak
mengajak kerabat yang lain untuk menonton pertandingan ini?”.
“Sekarang
mereka semua sedang sibuk!”, jawab Kakek.
“Sibuk
apa mereka Kek?”, Francisco bertanya lagi.
Dengan
tenang si Kakek menjawab, “Mereka sedang menghadiri pemakaman istri saya”.
Francisco,
“...!!!”, (dalam hati dia berkata, “Bener-bener Interisti Sejati”).
0 komentar:
Posting Komentar